18 Agustus 2009

Indonesia Raya

Sebutan Indonesia Raya memang tidak berlebihan untuk tanah yang kita pijak ini. Indonesia memang kaya dan raya. Gemah ripah loh jinawi. Pulau dan lautnya beribu jumlah. Tanahnya mengandung kekayaan tiada tara. Minyak, gas bumi, batubara, emas, perak, intan berlian, nikel, dan aneka tambang lain. Bagian atasnya subur bukan main. “Tongkat kayu dan batu” pun bisa jadi tanaman, kata Koes Plus.

Di atasnya juga tumbuh hutan terluas sejagad, yang mensuplai udara bersih untuk Amerika, Rusia, Inggris, China, India, Australia, dan negara-negara penghuni bumi lainnya. Itu yang membuat Indonesia “dimanja” negara-negara besar penghasil polutan, sekaligus dirayu agar menjaga hutannya. Berbicara soal lingkungan, Indonesia memang negara yang berkuasa. Mana ada negara yang berani menolak Indonesia bila ingin menggelar even-even lingkungan sedunia. Termasuk Amerika, Inggris dan sekutu-sekutunya yang sombong itu.

Lautnya melebihi luas daratan. Ia menyimpan kekayaan tak ternilai. Berjuta jenis ikan, ubur-ubur, terumbu karang, rumput laut, sampai minyak dan gas bumi, semua terendam di situ. Adalah Malaysia, negara yang paling iri dengan Indonesia. Sejak lama negeri jiran itu mengincar pulau-pulau terluar RI yang dianggap “tidak diurus”. Belakangan sikapnya makin kurang ajar. Dengan pongah mengklaim blok-blok laut wilayah kita sebagai miliknya. Ini tentu tak bisa dibiarkan. Kita harus tegas. Pulau Sipadan dan Ligitan telah berhasil mereka rampas dari pangkuan ibu pertiwi. Semoga itu menjadi yang terakhir buat mereka.

***

Hari ini, 17 Agustus 2009, Indonesia merayakan HUT kemerdekaan yang ke-64. Artinya kita sudah lebih dari setengah abad jadi negera berdaulat. Banyak hal sudah kita raih. Presiden pun sudah 6 kali berganti. RI sudah berubah rupa. Kemajuan global telah menyeret pula negeri ini untuk menyesuaikan diri. Modernisasi telah berlangsung di sini. Hanya saja, kemakmuran belum menyertai. Angka kemiskinan masih tinggi. Bahkan kian menjadi. Kalau ada yang berkampanye menyebut angka kemiskinan di Indonesia menurun, itu bohong besar. Dusta publik yang tak terperi. Mereka mengingkari hati nuraninya sendiri.

Bukti apa yang bisa disanggah ketika jutaan rakyat kehilangan pekerjaan dan jadi penganggur. Karena pabrik-pabrik tempat mereka bekerja mengalami kebangkrutan. Bukti mana yang bisa hilangkan saat kita menyaksikan dengan jelas di sana sini rakyat antri sembako, bahkan ada yang tewas pula karenanya. Tapi sudahlah. Itu telah berlalu. Kini kita memiliki pemimpin baru. Kita harus ucapkan selamat, seraya berharap agar beliau bisa membawa negeri ini menuju sejahtera. Menjadi mercusuar dunia. Kita berdoa semoga dihari-hari kedepan, para pemimpin kita mendapat keselamatan dari Yang Maha Kuasa. Dijauhkan dari marabahaya dan senantiasa berjalan lurus.

Oleh televisi, surat kabar, radio dan internet, kita dikabari euphoria perayaan ultah ke-64 ini dengan beragam tema, beragam cara. Ada yang merayakannya dengan menggelar upacara bendera di dalam laut, dalam gua, di puncak gunung, dan kebanyakan di lapangan-lapangan. Di pelosok-pelosok negeri, kita saksikan pula kemeriahan HUT RI dengan aneka permainan dan hiburan rakyat. Semoga semangat Indonesia merdeka ini terbawa ke masa-masa datang. Dan mentranformasikannya menjadi semangat berkarya. Agar dalam kehidupan berbangsa dan bertanah air ke depan semakin baik. Di sana sini aman dan tali persaudaraan kiat erat terjalin. Tak ada lagi ledakan bom, tak ada lagi teror.

Kita juga harus melupakan pertikaian antar partai dan pendukungnya pasca pemilu dan pilpres kemarin. Caleg-caleg yang gagal jangan lagi stress dan depresi. Bangkitlah hai calon wakil kami di DPR & DPRD. Masih banyak “PR” untuk negeri ini. Untuk sahabatku, Ustad Ujang Bustomi di Mundu (Cirebon), terima kasih karena telah menyadarkan caleg-caleg yang stress dan depresi.

Walaupun harus kita sesalkan, tapi kita lupakan saja soal sidang paripurna DPR dua hari lalu. Di mana lagu kebangsaan “Indonesia Raya”, lupa mereka kumandangkan di awal acara. Padahal patut diketahui, merekalah yang membuat Undang-Undang Nomor 24 Tahun 2009 tentang Bendera, Bahasa, dan Lambang Negara, serta Lagu Kebangsaan. Sekedar mengingatkan, menurut Pasal 59 Ayat (1) UU yang disahkan presiden 9 Juli 2009 itu, lagu kebangsaan wajib diperdengarkan dan/atau dinyanyikan untuk menghormati presiden dan/atau wapres dalam acara pembukaan sidang paripurna MPR, DPR, DPRD, dan DPD. Menurut UU ini pula, lagu kebangsaan merupakan wujud eksistensi bangsa yang menjadi simbol kedaulatan dan kehormatan negara.

Mungkin tidak melupakan begitu saja, tapi menjadikannya bagian dari pengalaman masa lalu. Masih banyak pekerjaan besar yang menanti bangsa ini. Bahwa bagaimana segenap potensi yang kita miliki ini bisa dimanfaatkan untuk sebesar-besarnya kemakmuran rakyat. Agar angka kemiskinan berkurang, bahkan terhapus. Agar anak-anak negeri bisa sekolah dengan biaya murah sampai jenjang tertinggi. Sehingga mereka bisa jadi anak yang pintar dan menjadi penerus bangsa yang berkualitas.

Karunia Yang Maha Kuasa atas tanah yang subur dan laut yang kaya milik kita ini harus ada yang menjaga. Agar tidak dicuri bangsa lain atau dirampok bangsa sendiri untuk kepentingan pribadi. Sebab itulah harta karun bangsa ini yang belum tergali. Cadangan berharga untuk masa depan negeri. Dirgahayu Republik Indonesia. I love you full. *


0 komentar:

Posting Komentar

  © Blogger templates The Professional Template by Ourblogtemplates.com 2008

Back to TOP